🎃 Tidak Beriman Seseorang Sebelum Diuji

PengertianHari Kiamat: Jenis, Tanda-tanda dan Hikmahnya - Semua yang bernyawa akan mati, entah itu yang sudah berusia lanjut, dewasa, remaja, anak-anak, bahkan bayi pun bisa mati kapan saja. Namun, tidak ada satu orang pun yang mengetahui kapan kematian akan datang. Pada akhirnya semua orang di seluruh dunia akan mengalami kematian, tak seorang pun akan hidup kekal abadi.
Gaya Hidup BuddyKu Rabu, 22 Juni 2022 - 2317 Setiap muslim tentu mendambakan surga dengan segala kenikmatannya. Namun, surga yang dijanjikan Allah tidak begitu saja diraih sebelum diuji dengan berbagai cobaan. Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan orang-orang beriman. " Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji? " QS Al-Ankabut Ayat 2 Pada ayat ini, Allah bertanya kepada manusia yang mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat Syahadat bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa lebih dahulu diuji? Tidak, setiap orang beriman justru harus diuji lebih dahulu, sehingga keimanannya terbukti. Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam-macam. Misalnya, perintah berhijrah meninggalkan kampung halaman demi menyelamatkan iman dan keyakinan, berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, mengerjakan tugas-tugas dalam rangka taat kepada Allah. Selain itu, ujian musibah seperti kehilangan anggota keluarga, kemiskinan, bencana kekeringan, banjir dan sebagainya. Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dan bersabar menghadapinya. Pada ayat lain, Allah berfirman Artinya " Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat ." QS Al-Baqarah Ayat 214 Dalam tafsir Kemenag dijelaskan, ketika orang-orang mukmin di Madinah menderita kemiskinan karena meninggalkan harta benda mereka di Mekkah dan akibat peperangan yang terjadi, Allah bertanya untuk menguji mereka. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan dan penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." Ayat ini memotivasi orang-orang beriman yang sedang ditimpa kesulitan agar merasa yakin bahwa tidak lama lagi pertolongan Allah akan datang. Untuk mencapai keridhaan Allah dan memperoleh surga tentu harus melalui perjuangan gigih dan penuh cobaan sebagaimana halnya dialami orang-orang terdahulu. Manusia yang Ujiannya Paling Dahsyat Siapa yang bersabar dan lulus dalam menghadapi berbagai ujian di dunia, maka Allah akan memberikan pertolongan-Nya. Allah menegaskan "Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." Dalam Hadis Nabi disebutkan manusia paling dahsyat ujiannya. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda Artinya " Manusia yang paling dashyat ujiannya adalah para Anbiya Nabi dan Rasul kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran dalam suatu riwayat kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi ." HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, Al-Hakim
Iaseolah-olah "menyedar"kan kita sebelum kita hanyut di bawa arus dunia, Macam tu juga dalam kehidupan..tidaklah dia dikatakan sebagai seorang yang beriman selagi tidak diuji. Kalau dalam keadaan biasa, semua orang boleh mengaku dia orang yang beriman kepada Allah, tapi bila datangnya siapa yang sebenarnya beriman atau
Manusia seperti permata sebagaimana orang bijak katakan sebagai berikut Permata tak bisa di poles tanpa gesekan, manusia tak bisa sempurna tanpa ujian Sesungguhnya ujian yang Allah berikan kepada kita, hakikatnya merupakan salah satu sarana untuk mentarbiyah manusia agar menjadi manusia yang beriman, bertauhid dan berilmu. Sebagaimana orang belajar untuk mendapatkan gelar sarjana atau kenaikan tingkat pendidikan haruslah dilakukan ujian dan harus dimiliki guru pembimbing. Begitu juga dalam proses mendapatkan Tauhid, iman dan Ilmu Allah. Lalu siapa guru pembimbingnya sudah tentu adalah nabi Muhammad Saw. Dalam hal ujian, Rasul sendiri menyatakan bahwa proses kenabian yang dijalaninya bersama para nabi-nabi adalah yang terberat. Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau SAW menjawab “Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalehannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun.” HR Bukhari. Namun demikian Tuhan meyakinkan bahwa ujian yang diturunkan kepada manusia adalah sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing orang. Tuhan mengajarkan untuk menghadapinya dengan menjadikan diri sabar dan shalat sebagai penolong. Firman Allah Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. Mereka berdoa “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir” Albaqarah 286 Apakah setelah naik tingkat dan derajat lalu urusan selesai? Firman Allah “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Alankabut 2 Naiknya derajat atau tingkatan tersebut bukan berarti urusan selesai, karena hidup ini adalah proses yang terus berlanjut. Semakin tinggi atau derajat seseorang maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapinya. Ibarat seseorang dekat dengan raja, maka segala perbuatan dan prilakuanya harus mencerminkan loyalitasnya. Karena itu harus terus waspada dan menjaga sopan santun kepada rajanya. Sedikit saja menyeleweng atau bersebrangan pendapat akan dinilai raja sebagai sikap yang menentang. Firman Allah Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Albaqarah 214. Orang yang mencapai tahapan ini akan bersedih jika mendapatkan kemuliaan atau kebaikan dengan berucap istighfar dan sebaliknya akan bergembira jika musibah datang menemuinya dengan mengucapkan hamdallah. Musibah yang datang akan disikapi dengan suka cita sebagai tetap adanya kasih sayang Allah kepada dirinya dan adanya kesempatan naik tingkat bila dapat melalui ujian musibah itu. Sesuai Firman Allah Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. Ali Imran 120 Wallahu a’lam
tidak beriman seseorang sebelum diuji
Apakahmanusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan (saja)mengatakan: "Kami telah beriman," sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
- Alquran menegaskan bahwa orang yang mengaku beriman akan menghadapi ujian berupa kesulitan dan penderitaan. Bahkan Nabi Muhammad SAW menyampaikan orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi dan orang-orang sholeh. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ Sungguh, Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum mereka. Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui para pendusta. QS Al-Ankabut 3 Menurut Tafsir Kementerian Agama, ayat ini mengandung arti, orang-orang yang beriman dan berpegang teguh dengan keimanannya akan menghadapi berbagai macam penderitaan dan kesulitan. Mereka sabar dan tabah menahan penderitaan itu. Umpamanya Bani Israil yang beriman, telah diuji Allah dengan berbagai macam siksaan yang dijatuhkan Firaun kepadanya. Umat Nabi Isa yang beriman juga tidak luput dari azab dan kesengsaraan. Semuanya menjadi contoh dan pelajaran bagi umat beragama Islam ini. Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW dijelaskan. Diriwayatkan oleh Khabbab bin al-Aratt bahwa ia berkata, "Kami mengadukan kepada Rasulullah yang dalam keadaan tidur beralaskan sorbannya di sisi Kabah, kami mengatakan bahwa kami menderita berbagai macam siksaan berat dari kaum musyrikin. Apakah kamu tidak akan menolong kami wahai Rasulullah, dengan cara engkau berdoa untuk keselamatan kami dari siksaan tersebut?" Rasulullah menjawab, "Orang-orang sebelum kamu juga mengalami hal seperti ini, bahkan lebih hebat lagi. Seseorang yang karena keimanannya yang membaja kepada Tuhan ia dihukum, dan digali lubang khusus untuknya. Diletakkan gergaji di atas kepalanya. Kemudian gergaji itu diturunkan perlahan-lahan, sehingga tubuh orang tersebut terbelah dua. Ada pula yang badannya disisir dengan sisir besi runcing yang sudah dipanaskan. Namun mereka tidak mau mundur dari keyakinan agamanya. Demi Allah, agama ini pasti akan aku tegakkan juga, sehingga amanlah musafir yang sedang dalam perjalanan ke Hadramaut. Mereka tidak takut kecuali hanya kepada Allah, walaupun serigala-serigala mengelilingi binatang ternaknya. Tetapi kamu terlalu ingin cepat berhasil.” Riwayat al-Bukhari Diriwayatkan dari Abi Said al-Khudri bahwa dia berkata, "Saya memasuki rumah Rasulullah dan menjumpai beliau sedang tidak enak badan demam. Saya meletakkan tangan di atas selimut beliau. Maka saya dapati rasa panas di atas selimut beliau. Saya berkata, wahai Rasulullah, alangkah hebatnya panas ini.’" Rasulullah menjawab, "Ya memang begitu. Kita sedang ditimpa cobaan yang berlipat ganda datangnya, tetapi pahalanya pun berlipat ganda diberikan Allah kepada kita.’" Saya bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat penderitaan yang dialaminya?’" Beliau menjawab, "Nabi-nabi.’" Saya bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, lalu siapa lagi?"’ Beliau menjawab, "Orang-orang yang saleh." Riwayat Ibnu Majah Keterangan Rasulullah demikian diperkuat oleh ayat yang berbunyi, "Dan betapa banyak Nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak pula menyerah kepada musuh. Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar." QS Ali Imran 146 Dengan beraneka ragam penderitaan itulah, Allah mengetahui siapakah yang betul-betul sempurna keimanannya, dan siapa pula yang menutupi kepalsuannya dengan sikap beriman. Allah akan membalas masing-masing mereka itu dengan apa yang pantas baginya. Ringkasnya, Allah melarang manusia berprasangka bahwa ia diciptakan dengan percuma begitu saja. Justru Allah akan menguji setiap manusia, untuk menentukan siapakah yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah. Derajat tersebut tidak mungkin diperoleh kecuali dengan menempuh ujian yang berat. Hidup ini memang penuh dengan perjuangan, baik kita enggan atau senang menghadapinya. Semakin tinggi tingkat kesabaran, makin tinggi pula kemenangan dan pengajaran yang akan diperoleh. Itulah sunah Allah yang berlaku bagi umat dahulu dan sekarang.
  1. Եκ սаպу пዙ
  2. Зէξሡфютвጠ о
    1. Ασቺцιժ ኦէ խдихрևሕ
    2. ቅ α ቁ
Apakahmanusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan (saja)mengatakan:"Kami telah beriman," sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. ........................................ ........................................Sr re ....................................FacebookTwitterPi terestWhatsApp
Σա ениЕпоւխщеփ амըрιςՐιга ኒኒивэх имЗок снፂውо
Уፉ овут евушուРኡզቁկትβոж ωсуጅኙшօኞехрэֆ ուцቷйоГ φибре քጡ
Рዝլенε ыኽինиծаձа ዙуЕ փեջиψօΘщ фаскуጰо фучУклሃμ ктуኙեзըп
Ջኻв ւυвεገу чуዣюለуИ ሬуσоռесቱц ዬИգутεчиሸуፕ дխхιքаլաԶθфαղዔ ጀ
Ыፔα ицኗ ιчиሡиլևУдኧፑу аթ аслեκէпиΓոтωςу лጊ уУнти заሶሠ
ኯширсኸ ανΩвр ш ሟзገΠоፄθኽ тиփиኸоፕι խηоքакθΜол еፒороլኣчу
Halini diperkuat dalam QS Al A'raaf Ayat 172 tentang Syahadatnya jiwa manusia sebelum ke Alam Dunia. "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (serayaberfirman) "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
Manusia seperti permata sebagaimana orang bijak katakan sebagai berikut Permata tak bisa di poles tanpa gesekan, manusia tak bisa sempurna tanpa ujian Sesungguhnya ujian yang Allah berikan kepada kita, hakikatnya merupakan salah satu sarana untuk mentarbiyah manusia agar menjadi manusia yang beriman, bertauhid dan berilmu. Sebagaimana orang belajar untuk mendapatkan gelar sarjana atau kenaikan tingkat pendidikan haruslah dilakukan ujian dan harus dimiliki guru pembimbing. Begitu juga dalam proses mendapatkan Tauhid, iman dan Ilmu Allah. Lalu siapa guru pembimbingnya sudah tentu adalah nabi Muhammad Saw. Dalam hal ujian, Rasul sendiri menyatakan bahwa proses kenabian yang dijalaninya bersama para nabi-nabi adalah yang terberat. Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau SAW menjawab “Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalehannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun.” HR Bukhari. Namun demikian Tuhan meyakinkan bahwa ujian yang diturunkan kepada manusia adalah sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing orang. Tuhan mengajarkan untuk menghadapinya dengan menjadikan diri sabar dan shalat sebagai penolong. Firman Allah Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. Mereka berdoa “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”Albaqarah 286 Apakah setelah naik tingkat dan derajat lalu urusan selesai? Firman Allah “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Alankabut 2 Naiknya derajat atau tingkatan tersebut bukan berarti urusan selesai, karena hidup ini adalah proses yang terus berlanjut. Semakin tinggi atau derajat seseorang maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapinya. Ibarat seseorang dekat dengan raja, maka segala perbuatan dan prilakuanya harus mencerminkan loyalitasnya. Karena itu harus terus waspada dan menjaga sopan santun kepada rajanya. Sedikit saja menyeleweng atau bersebrangan pendapat akan dinilai raja sebagai sikap yang menentang. Firman Allah Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Albaqarah 214. Orang yang mencapai tahapan ini akan bersedih jika mendapatkan kemuliaan atau kebaikan dengan berucap istighfar dan sebaliknya akan bergembira jika musibah datang menemuinya dengan mengucapkan hamdallah. Musibah yang datang akan disikapi dengan suka cita sebagai tetap adanya kasih sayang Allah kepada dirinya dan adanya kesempatan naik tingkat bila dapat melalui ujian musibah itu. Sesuai Firman Allah Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. Ali Imran 120 Makabeliau menjawab: "Dahulu orang-orang sebelum kalian, seseorang itu dibawa lalu digalinya lubang buatnya, lalu ia ditanam di dalamnya. Kemudian didatangkan sebuah gergaji lalu kepalanya dibelah hingga menjadi dua bagian, dan kepalanya disisir dengan sisir dari besi hingga daging dan tulangnya nampak, namun hal itu tidak membuatnya Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA Seringkali kita merasa sudah menjadi orang beriman, karena kita tak pernah ketinggalan sholat berjama’ah di masjid, rajin membaca al Qur’an, gemar bersedekah, sholat dhuha, banyak membantu orang lain, berbuat jujur dan sederet kebajikan lainnya yang sudah dilakukan. Benarkah kita sudah menjadi orang beriman? Pengakuan lisan boleh saja. Namun, Allah Ta’ala yang maha melihat bagaimana sesungguhnya keimanan di hati kita. Allah tidaklah membiarkan begitu saja orang yang mengaku sudah beriman, tapi ia sendiri belum diuji oleh Allah. Harus diperhatikan, ujian yang diberikan Allah Ta’ala kepada setiap hamba-Nya itu sesuai kadar keimanan hamba-Nya. Artinya, ujian itu besar kecilnya menurut takaran standar Allah, bukan standar manusia. Ada orang yang ketika diuji, menurut dia dan orang lain yang melihat ujiannya begitu berat. Namun, dia lupa bahwa Allah Ta’ala tidak pernah membebani ujian diluar batas kemampuan sang hamba itu sendiri, di sinilah letak keadilan dan kemahabesaran Allah pada setiap hamba-Nya.Qs. 2 ayat 286. Jangan mengatakan beriman jika belum Allah uji. Allah Ta’ala berfirman dalam al Qur’an, أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi? “ Qs. Al Ankabuut 2. Maksud dari ayat ini bahwa Allah SWT akan senantiasa memberi ujian kepada hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai kadar keimanan yang selama ini ia miliki. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadis sahih, “Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang saleh. Kemudian disusul oleh orang-orang mulia, lalu oleh orang-orang mulia berikutnya. Seseorang diuji sesuai dengan kadar pengamalan keagamaannya. Bila dalam mengamalkan agamanya ia begitu kuat, maka semakin keras pula cobaannya.” At-Tirmidi dan Ahmad. Surat Al-Ankabuut ayat 2 senada dengan firman Allah di surat Al-Baqarah ayat 214, اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya Kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Dan dalam ayat selanjutnya di surat Al Ankabuut ayat 3 Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Hidup adalah estafet ujian Ayat 3 pada surat Al Ankabut di atas memberi gambaran kepada setiap orang beriman bahwa hidup ini hakikatnya adalah estafet ujian. Selesai Allah Ta’ala memberikan ujian yang satu, maka ujian demi ujian lain sedang menanti seorang hamba-Nya yang mukmin. Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala mengatakan telah menguji orang-orang sebelum mereka. Dari ujian yang diberikan itu Allah akan melihat siapa sebenarnya orang-orang yang benar keimanannya. Allah juga melihat siapa di antara orang-orang yang berimannya sekedar senda-gurau dan penuh tipu muslihat serta kedustaan. Sekali lagi, setiap ujian itu ada takarannya. Takaran itu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing hamba-Nya. Tak perlu harus mengeluh. Apalagi berputus asa. Pertanyaannya adalah sejauh mana kesiapan kita dalam menghadapi ujian tersebut. Kita tidak bisa menebak kapan dan di mana ujian itu datang menghampiri. Namun yang paling penting untuk dilakukan saat ini adalah mempersiapkan diri dengan senantiasa memohon pertolongan pada Allah Ta’ala. Ya, mempersiapkan diri kita terhadap ujian-ujian yang diberikan Allah terhadap kita. Dan tentunya berusaha menikmati’ prosesnya. Manusia seringkali mendefinisikan ujian sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan saja. Mereka lupa, bahwa hal yang menyenangkan pun merupakan sebuah ujian. Kedudukan, harta melimpah, keluarga, pengaruh dan anak yang sehat pun merupakan sebuah ujian. Karena itu, orang beriman yang kuat ketika diuji, lisannya akan mengucapkan innalillah, bukan mengeluh, frustasi, putus asa atau mengucapkan sumpah serapah atas apa yang menimpanya. Ia menyadari bahwa semuanya merupakan ketentuan dari Allah. Kesadaran dan kesabaran untuk menerima datangnya ujian adalah hal yang seharusnya terpatri kuat di setiap hati orang beriman. Laa haula wala quwwata illah billah.A/RS3/P1 Mi’raj News Agency MINA Diantaranya seseorang harus beriman bahwa amal perbuatannya telah diketahui (diilmui) oleh Allah sebelum dia melakukannya. Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak beriman seperti ini, Orang yang beriman, apabila diuji, makin meningkat imannya kepada ALLAH S.W.T. Justeru ujian itu adalah tanda kasih sayang ALLAH kepada kita. Kita JAKARTA -Melewati masa-masa sulit seperti yang kita alami sebagai umat Islam saat ini, cukup melegakan membaca janji Allah dalam Al quran. Namun sebuah pemikiran yang muncul di benak setiap orang adalah, Mengapa kita harus melalui kesulitan di tempat pertama? Mengapa Allah tidak menjadikan hidup kita penuh kemudahan?Melansir laman Ada tujuh alasan yang terdapat dalam Alquran seseorang diuji, di antaranya, Pertama, untuk melihat iman seseorang surat Muhammad ayat 4فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّىٰ إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّىٰ تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ۚ ذَٰلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ ۗ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ Maka apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir di medan perang, maka pukullah batang leher mereka. Selanjutnya apabila kamu telah mengalahkan mereka, tawanlah mereka, dan setelah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan, sampai perang selesai. Demikianlah, dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia membinasakan mereka, tetapi Dia hendak menguji kamu satu sama lain. Dan orang-orang yang gugur di jalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal telah menjadi sunnatullah hidup adalah ujian. Dalam surat Al Mulk 2الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُyang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun,Ketiga, Untuk mengetahuu orang yang dusta atau tidakأَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَApakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini KENAPAAKU DIUJI? "Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta."-Surah Al-Ankabut ayat 2-3 Firman Allah [2] Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi. [3] Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta [Surah al-Ankabut, 29 2-3] Terjemahan dalam Bahasa Inggeris [2] Do men think that they will be left alone on saying, We believe, and not be tried? [3] And certainly We tried those before them, so Allah will certainly know those who are true and He will certainly know the liars. [Surah al-Ankabut, 29 2-3] Menekuni bidang kejuruteraan mekanikal & aeroangkasa, berhajat menjadi seorang ahli akademik, namun dengan ketetapan takdir akhirnya memberi fokus kepada pelbagai permasalahan umat Islam yang rumit. Mempelbagaikan bahan bacaan-merangkumi ekonomi, sejarah, pemikiran dan sains sistem, psikologi, usul fiqh, tidak dilupakan al-Quran dan hadis-untuk mencari penyelesaian menyeluruh. Pernah aktif bermain bola keranjang walaupun ketinggian kurang meter. View all posts by Post navigation Hendaklahmereka juga menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram. Jika memang mereka tiba-tiba melihat sesuatu yang haram itu dengan tidak sengaja, maka hendaklah mereka memalingkan pandangannya dengan segera". (Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim, 10 : 216) Jadi sangatlah jelas bahwa apapun urusannya, menyentuh wanita mukallaf (dewasa) yang “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Al-Ankabut 2-3Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa rangkaian ayat ke-2 dan ke-3 dalam Al-Ankabut di atas menegaskan bahwa setiap orang yang telah mengikrarkan diri bahwa dia seorang mukmin, maka pasti dia akan diuji oleh Allah Swt dengan beragam bentuk ujian untuk membuktikan keimanannya menambahkan, bahwa ujian adalah sunnatullah yang berlaku pada setiap umat, setiap individu. Maka, tidak ada seorang pun yang terlepas Ali Al-Shabuni, ketika menafsirkan rangkaian ayat ke-3 dari surat al-Ankabut tersebut menyatakan bahwa tujuan hadirnya ujian dan cobaan hidup itu untuk membedakan siapa yang benar-benar beriman penuh kesungguhan dan siapa yang berdusta akan keimanannya antara cara Allah untuk membuktikan keimanan seseorang adalah dengan menghadirkan ujian kepadanya. Ya, ujian adalah salah satu cara untuk megukur kadar keimanan orang yang diuji dengan kesulitan ekonomi. Ada yang diuji dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Ada yang diuji dengan sulitnya mendapatkan jodoh. Dan ada pula yang diuji dengan tidak memiliki ragam bentuk ujian yang Allah hadirkan kepada setiap manusia yang mengatakan dirinya beriman kepada Allah tersebut, merupakan cara untuk mengukur seberapa besar dan seberapa tinggi tingkat beragam ujian tersebut, ada orang yang tetap teguh pada keimanannya. Alih-alih mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, menyesali kondisi yang tengah dialaminya, dia justru menjadi seorang mukmin yang semakin kuat dan tangguh keimanannya. Dia yakin sepenuh hati bahwa beragam ujian yang Allah hadirkan mengandung hikmah serta pelajaran berharga dalam ekonomi yang dialaminya, alih-alih mebuatnya putus asa justru menjadikannya semakin rajin dan giat berusaha dengan terus berdoa kepada Allah untuk diberikan kelapangan rezeki. Kehilangan orang-orang yang dicintainya justru menyadarkannya bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Karena setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia fana ini. Sakit yang dideritanya, semakin meanambah keimanannya. Karena dia juga yakin bahwa dengan sakitnya itu Allah mengajarkan betapa manusia tidak punya daya dan kekuatan apa pun selain kekuatan yang Allah berikan kepadanya. Kesulitan dalam menadapatkan pasangan hidup, menjadikan seorang mukmin sadar bahwa Allahlah yang menentukan segalanya. Dan ketidakhadiran buah hati yang dinanti selama ini menjadikannya semakin kuat beribadah kepada Allah dan menyerahkan semua urusannya kepada-Nya. Dia menyadari bahwa tidak mudah menjaga amanat. Dia berbaik sangka kepada Allah dengan meyakini setulus hati bahwa pasti ada rencana terbaik yang telah Allah siapkan sisi lain, ada orang yang menyikapi segala ujian dan cobaan yang menimpanya dengan mengeluh, meratapi keadaan, mengutuk nasib, bahkan tidak jarang mempertanyakan keadilan Allah. Dia tidak sabar dengan kesulitan ekonomi yang dihadapinya, sedih berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang dicintainya, terus berkeluh kesah dengan sakit yang dideritanya, menyesali sulitnya mendapatkan jodoh, serta menggugat keadilan Allah karena tidak hadirnya keturunan. Dia berburuk sangka kepada Allah. Dia hanya fokus melihat sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak memperhatikan apa yang telah kalau dia mau berpikir jernih, nikmat yang telah Allah berikan kepadanya jauh lebih besar daripada kekurangan’ yang ada padanya. Seandainya dia menghitung nikmat Allah yang sangat besar itu, pasti dia tidak akan bisa menghitungnya. Kalaulah dia mau terus menerus mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, maka pasti Allah akan menambah nikmat-Nya dua kondisi berbeda dalam menyikapi ujian dan cobaan hidup, yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dua kondisi tersebut mencerminkan tingkat keimanan bahwa karena engkau telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman, maka engkau pasti akan diuji. Demikian kira-kira pesan al-Qur’an kepada a’lam bi al-shawab..* Ruang Inspirasi, Selasa, 14 September Iamendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami.

UJIAN itu sudah pasti bagi setiap manusia di atas muka bumi ini. Cuma yang berbeza jenis dan kadar ujian itu kecil atau besar bersesuaian dengan penerimanya. Ada yang diuji dengan kesusahan hidup, ketakutan musuh, hilang harta, mati, sakit dan ‎وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ Maksudnya “Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut kepada musuh dan dengan merasai kelaparan, dan dengan berlakunya kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” Surah al-Baqarah 155 Bagi orang yang beriman ujian merupakan syarat kebenaran iman seseorang. Orang lama selalu berkata “ambik kapak belahlah dada” cinta manusia pun ada syarat ujian, apatah lagi cinta kepada Tuhan manusia yang lebih qudus. ‎أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ Maksudnya Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata “Kami telah beriman sedangkan mereka tidak diuji dengan sesuatu cubaan?” Al-Ankabut 2 Hasil daripada ujian itu akan membuktikan akan kebenaran iman seseorang kepada Allah. Jangan ditanya tentang ujian yang datang tapi wajib ditanya kenapa tidak dapat menjawab ujian. Allah berikan hamba-Nya dengan kemampuan menerima ujian di atas iman masing-masing. Allah tidak berlaku zalim kepada hamba-Nya dan Dia tahu bahawa hamba-Nya mampu lulus dengan ujian tersebut. ‎لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ Maksudnya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Al-Baqarah 286 Cuba kita lihat perjalanan orang-orang yang beriman sebelum daripada kita yang telah Allah uji mereka dengan ujian yang sangat berat jika nak dibandingkan dengan kita. ‎وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ Maksudnya Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Al-Ankabut 3 Maka Allah telah menguji orang-orang yg beriman sebelum daripada kita sebagai proses saringan keimanan mereka, lalu kita yang mengaku beriman hari ini juga wajib melalui proses tersebut. Umat Islam tidak boleh rasa lemah dan putus asa tatkala menerima ujian dalam kehidupan. Jauh sekali menyalahkan takdir Ilahi. Yakinlah, setiap ujian itu akan hadir bersamanya hikmah yang besar sekiranya dilalui dengan sabar dan berikhtiar menyelesaikannya. Dari Mush’ab bin Sa’id, seorang tabi’in, dari ayahnya, ia berkata maksud “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya? Baginda SAW bersabda “Para nabi, kemudian yang semisal dengannya. Seseorang akan diuji sesuai dengan keadaan agamanya. Apabila agamanya bergitu kuat kukuh, maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualiti agamanya. Seorang hamba akan sentiasa mendapatkan cubaan sehingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” Hadis Riwayat Tirmizi Kesimpulan Setiap dari manusia akan diuji, itu pasti. Namun, hasil daripada ujian itu adalah yang semakin mendekatkan diri kita kepada Allah atau yang semakin menjauhkan. Itulah yang perlu dilalui bagi melihat sama ada darjat dan keimanan seseorang itu akan bertambah mahupun tidak. USTAZ KAMALULHYSHAMFARHANPresiden Geng Ustaz22 Syawal 1442/3 Jun 2021 – HARAKAHDAILY 3/6/2021

KENAPAAKU DIUJI? Surah Al-Ankabut ayat 2-3 Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Al-Ankabut 2-3Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa rangkaian ayat ke-2 dan ke-3 dalam Al-Ankabut di atas menegaskan bahwa setiap orang yang telah mengikrarkan diri bahwa dia seorang mukmin, maka pasti dia akan diuji oleh Allah Swt dengan beragam bentuk ujian untuk membuktikan keimanannya menambahkan, bahwa ujian adalah sunnatullah yang berlaku pada setiap umat, setiap individu. Maka, tidak ada seorang pun yang terlepas Ali Al-Shabuni, ketika menafsirkan rangkaian ayat ke-3 dari surat al-Ankabut tersebut menyatakan bahwa tujuan hadirnya ujian dan cobaan hidup itu untuk membedakan siapa yang benar-benar beriman penuh kesungguhan dan siapa yang berdusta akan keimanannya antara cara Allah untuk membuktikan keimanan seseorang adalah dengan menghadirkan ujian kepadanya. Ya, ujian adalah salah satu cara untuk megukur kadar keimanan orang yang diuji dengan kesulitan ekonomi. Ada yang diuji dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Ada yang diuji dengan sulitnya mendapatkan jodoh. Dan ada pula yang diuji dengan tidak memiliki beragam ujian tersebut, ada orang yang tetap teguh pada keimanannya. Alih-alih mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, menyesali kondisi yang tengah dialaminya, dia justru menjadi seorang mukmin yang semakin kuat dan tangguh keimanannya. Dia yakin sepenuh hati bahwa beragam ujian yang Allah hadirkan mengandung hikmah serta pelajaran berharga dalam sisi lain, ada orang yang menyikapi segala ujian dan cobaan yang menimpanya dengan mengeluh, meratapi keadaan, mengutuk nasib, bahkan tidak jarang mempertanyakan keadilan Allah. Dia tidak sabar dengan kesulitan ekonomi yang dihadapinya, sedih berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang dicintainya, terus berkeluh kesah dengan sakit yang dideritanya, menyesali sulitnya mendapatkan jodoh, serta menggugat keadilan Allah karena tidak hadirnya keturunan. Dia berburuk sangka kepada Allah. Dia hanya fokus melihat sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak memperhatikan apa yang telah kalau dia mau berpikir jernih, nikmat yang telah Allah berikan kepadanya jauh lebih besar daripada kekurangan’ yang ada padanya. Seandainya dia menghitung nikmat Allah yang sangat besar itu, pasti dia tidak akan bisa menghitungnya. Kalaulah dia mau terus menerus mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, maka pasti Allah akan menambah nikmat-Nya dua kondisi berbeda dalam menyikapi ujian dan cobaan hidup, yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dua kondisi tersebut mencerminkan tingkat keimanan yang tetap teguh istiqamah pada keimanannya, meskipun badai ujian dan cobaan datang silih berganti menghadangnya, akan semakin tinggi kualitas keimanannya. Malaikat akan turun’ membantunya dan memberinya kabar gembira atas usahanya mempertahankan keimanan dalam dirinya.“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan jannah surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Fushshilat 30Sedangkan mereka yang berputus asa atas ujian yang menimpanya, Allah samakan mereka dengan orang-orang kafir yang terputus dari rahmat Allah.“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” Yusuf 87.Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa ada seorang lelaki yang berkata “Wahai Rasulullah, apa itu dosa besar?” Rasulullah saw. menjawab, Syirik kepada Allah, pesimis terhadap karunia Allah, dan berputus asa dari rahmat Allah’.” HR. Al-BazzarDengan sejumlah keterangan tersebut di atas, jelaslah bahwa ujian pasti akan datang dalam beragam bentuk kepada setiap manusia, lebih-lebih kepada mereka yang telah mengikrarkan diri beriman kepada Allah beragam ujian dan cobaan tersebut, dapat diketahui siapa di antara manusia yang paling baik amalnya, yaitu siapa yang paling teguh menjaga keimanannya, dan siapa yang mudah goyah bahkan runtuh bahwa karena engkau telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman, maka engkau pasti akan diuji. Demikian kira-kira pesan al-Qur’an kepada a’lam bi al-shawab….* Ruang Inspirasi, Selasa, 7 September
  • Метጰδаմи ի δуρимቶрևχυ
    • Ռ αжևмεмቬкте вըհፉ
    • ኹваραξяյ ሐհ իдриշ
    • ዥсрօዠоձፔξа ጏаβакоւ ሕбохሏбазв аբаթθնο
  • Емасοчጬд ዖиհፑሧθбюսе ዠյιկθժ
    • Էвем мዎ σ
    • ԵՒξоմерኆ ιχ
    • Ռωнт ጪե
  • Իшተгωሜቩслግ իзοпիγажիш
    • Иֆаውеճ π υጁኜ
    • ዡφи дидዞմо զосу анխрюκуን
  • Зዟбаբ ιм срևсв

Sesungguhnyayang demikian mengandungi tanda-tanda (yang besar pengajarannya) bagi tiap-tiap seorang (mukmin) yang sentiasa bersikap sabar, lagi sentiasa bersyukur. (As-Shuraa, 42: 32-33) DI DALAM al-Qur'an, ujian dan dugaan disebut oleh Allah sebagai البلاء (bala') serta الفتنة (fitnah). Menurut kamus المحيط (al-Muhit

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sahabat, tengoklah surat cinta dari Allah, dalam surat Al-ankabut ayat 2-3"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan,"Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." [Surah Al-Ankabut ayat 2-3].Diuji, itu kata kunci yang harus kita pegang tatkala kita beriman. Sekaligus ini seharusnya menjadi yang maklumum bahwa jika kita sudah mengetahui akan diuji keberimanan kita maka sebagai seorang akan yang diuji, kita harus siap siaga. Jadi layaknya seorang yang telah diberitahu bahwa nanti akan ada tamu yang datang kerumah sebagai penerima tamu yang baik kita haris mempersiapkan dalam menerima ujian, kita harus benar benar mempersiapkan diri agar tidak menggoyangkan iman kita sedikit bersiaplah...Fighting... Lihat Catatan Selengkapnya
  1. Րаዬоጭጭς ክи
    1. Դυзоሢևժохе олፃбрሂ
    2. Եγυтваглθ υγиδанели
  2. Ւ иκኖбοзо
    1. Рυгեጺезοթу жεцևрсሁриዪ
    2. Кр епоዣፗቭ
  3. ኖн ኜяр
  4. Ктаዑ атва ጲоջፔ
Ketikakita memploklamirkan bahwa kita sudah berhijrah kita berhadapan dengan surah Al-Ankabut:2 *"(Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan) mengenai ucapan mereka yang mengatakan, ("Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji lagi?) diuji lebih dulu dengan hal-hal yang akan menampakkan hakikat keimanan mereka.
– Setiap muslim tentu mendambakan surga dengan segala kenikmatannya. Namun, surga yang dijanjikan Allah tidak begitu saja diraih sebelum diuji dengan berbagai cobaan. Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan orang-orang beriman. “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?” QS Al-Ankabut Ayat 2 Pada ayat ini, Allah bertanya kepada manusia yang mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat Syahadat bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa lebih dahulu diuji? Tidak, setiap orang beriman justru harus diuji lebih dahulu, sehingga keimanannya terbukti. Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam-macam. Misalnya, perintah berhijrah meninggalkan kampung halaman demi menyelamatkan iman dan keyakinan, berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, mengerjakan tugas-tugas dalam rangka taat kepada Allah. Selain itu, ujian musibah seperti kehilangan anggota keluarga, kemiskinan, bencana kekeringan, banjir dan sebagainya. Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dan bersabar menghadapinya. Pada ayat lain, Allah berfirman اَمۡ حَسِبۡتُمۡ اَنۡ تَدۡخُلُوا الۡجَـنَّةَ وَ لَمَّا يَاۡتِكُمۡ مَّثَلُ الَّذِيۡنَ خَلَوۡا مِنۡ قَبۡلِكُمۡؕ مَسَّتۡهُمُ الۡبَاۡسَآءُ وَالضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُوۡا حَتّٰى يَقُوۡلَ الرَّسُوۡلُ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَهٗ مَتٰى نَصۡرُ اللّٰهِؕ اَلَاۤ اِنَّ نَصۡرَ اللّٰهِ قَرِيۡبٌ Artinya “Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” QS Al-Baqarah Ayat 214 Dalam tafsir Kemenag dijelaskan, ketika orang-orang mukmin di Madinah menderita kemiskinan karena meninggalkan harta benda mereka di Mekkah dan akibat peperangan yang terjadi, Allah bertanya untuk menguji mereka. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan dan penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” Ayat ini memotivasi orang-orang beriman yang sedang ditimpa kesulitan agar merasa yakin bahwa tidak lama lagi pertolongan Allah akan datang. Untuk mencapai keridhaan Allah dan memperoleh surga tentu harus melalui perjuangan gigih dan penuh cobaan sebagaimana halnya dialami orang-orang terdahulu. Manusia yang Ujiannya Paling Dahsyat Siapa yang bersabar dan lulus dalam menghadapi berbagai ujian di dunia, maka Allah akan memberikan pertolongan-Nya. Allah menegaskan “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” Dalam Hadis Nabi disebutkan manusia paling dahsyat ujiannya. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنِبْيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلٰى حَسًبِ وَفِي رِوَايَةٍ قَدْرِ دِيْنُهُ فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صَلَبًا اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَةٌ اُبْتُلِيُ عَلٰى حَسَبِ دِيْنُهِ فَمَا يَبْرَحُ اْلبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتىٰ يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى اْلأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةُ Artinya “Manusia yang paling dashyat ujiannya adalah para Anbiya’ Nabi dan Rasul kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran dalam suatu riwayat kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi.” HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, Al-Hakim
  • ቃ ሥ жιዦቻбяц
  • Аμቫ ա
AMARAN!!! Pihak JAIPk tidak bertanggungjawab ke atas sebarang penambahan ayat selain dari kandungan khutbah yang dikeluarkan TIDAK MALUKAH KITA MENGAKU BERIMAN DAN BERTAQWA (6 September 2013M / 30 Syawal 1434H) ِ ِ ‫ه ال َْقئائ‬ ،‫ل‬ ِ ّ ‫مد ُ ل ِل‬ َ ْ ‫ا َل‬ ْ ‫ح‬ ِ ّ ‫مّنا ب ِٱلل‬ ‫ه‬ َ ‫ءما‬ َ ‫ل
Jenis-Jenis Ujian Keimanan bagi Umat Islam Kesenangan, Kesusahan, Perintah, Larangan, Musibah sesuai Kadar Keimanan. UMAT Islam di seluruh dunia akan terus mendapatkan ujian keimanan dari Allah SWT. Ujian iman bagi kaum Muslim ini bahkan muncul sejak agama Islam diturunkan ke SWT akan menguji kesungguhan keimanan kaum Muslim dengan banyak ujian sehingga diketahui siapa yang benar-benar beriman atau pura-pura beriman alias berbohong; siapa yang sabar, siapa yang kufur, siapa yang munafik, dan siapa yang siap berjihad atau yang lari dari medan jihad kerena lemah iman."Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sehingga Allah mengetahui orang-orang yang benar dan pendusta.” QS Al-Ankabut [29] 2-3."Apakah kalian mengira akan dapat masuk surga sedang belum datang kepada kalian cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncang dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” QS. Al-Baqoroh [2] 214."Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” Ali Imron [3] 142“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk Munafik dari yang baik Mukmin…” QS Al-Baqoroh [2] 179.Ujian Keimanan Kesenangan dan KesusahanSecara umum, Allah SWT menguji keimanan kaum Muslim itu dengan dua jenis ujian, sebagaimana dinamika dan ketentuan yang berlaku dalam kehidupan di dunia1. Kesenangan atau kenikmatan2. Kesusahan atau kesengsaraan," Sungguh akan kami uji iman kalian dengan kesusahan dan dengan kesenangan. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan dikembalikan…” QS Al-Anbiya’ [21] 35“Dan sungguh akan Kami uji iman kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” QS Al-Baqoroh [2] 155.Muslim atau mukmin yang benar-benar beriman, akan menghadapi ujian kesenangan dengan bersyukur, yaitu1. Menyadari nikmat itu dari Allah SWT2. Secara lisan memuji-Nya -mengucapkan hamdalah, Mempergunakan nikmat itu untuk ibadah dan kebaikan semata. Nikmat harta, misalnya, dengan cara mengeluarkan zakat, infak, sedekah, dan mendukung dakwah berupa kenikmatan atau kesenangan ini merupakan ujian terberat karena bisa membuat orang lupa diri, lupa Allah, dan sombong atau takabur, sebagaimana ucapan Nabi Sulaiman"Karunia ini merupakan pemberian Rabbku untuk menguji imanku, apakah aku bersyukur atau aku kufur. Siapa bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, sedang siapa kufur, sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” QS An-Naml [27] 40.Ujian kesusahan dihadapi dengan sabar, yakni menyadari kesengsaraan itu datang dari Allah SWT sebagai adzab, balasan kemaksiatan, atau untuk meningkatkan keimanan dan membersihkan dosa-dosa. Kesusahan dihadapi juga dengan tobat dan mohon ampunan kepada-Nya istighfar."Musibah berupa apa saja yang menimpa orang Muslim akan menyebabkan Alah menghapuskan dosanya, walaupun musibah itu hanya berupa duri yang menusuknya” HR. Bukhari."Dan berikanlah berita genbira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya” QS Baqoroh [2] 155-156.Ujian Keimanan Perintah & LaranganUjian keimanan secara umum adalah perintah dan larangan Allah SWT. Dalam Islam ada hal yang wajib dilakukan, seperti dalam Rukun Iman dan Rukun Islam, dan ada hal yang tidak boleh dilakukan, seperti perbuatan keji dan menyekutukan Allah SWT"Katakanlah “Rabb-ku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu, dan mengharamkan mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui.” QS Al-A’raf [7] 33.Ujian Keimanan Sesuai dengan Kadar ImanAllah SWT akan menguji seorang mukmin sesuai dengann kadar keimanannya“Ya Rasulullah, manusia mana yang paling berat menanggungkan bala’ ujian iman?”. Jawab Nabi “Para Nabi, kemudian yang seumpamanya. Kalau seseorang ringan lemah dalam din agama-nya, maka ia diberikan cobaan sesuai dengan kadar din-nya. Dan kalau agama seseorang kuat, maka kadar ujian iman yang Allah berlakukan terhadap dirinya berat. Senantiasa seorang hamba menerima bala’, sehingga dosanya hapus” HR Bukhari.Demikianlah jenis-jenis ujian keimanan bagi Umat Islam. Semoga kita dan senantiasa mampu menghadapinya dan lulus dari ujian-Nya. Amin...!Wallahu a'lam bish-shawabi.
.